Didtya

Share/Save/Bookmark 
okezone.com, 28 Oktober 2009

JAKARTA - Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak pesimistis realisasi insentif pajak penghasilan (PPh) 21 bagi karyawan bisa terserap 100 persen hingga akhir tahun.

Selain masa berlakunya tinggal sebentar, pengusaha juga enggan merealisasikan insentif tersebut. "Yang jelas,itu tidak bisa terserap semua karena baru tersisa dua setengah bulan lagi.Terlebih pengusahanya juga tidak antusias melaksanakan. Berapa besarnya? Saya enggak mau ngomong," ujar Direktur Jenderal Pajak Mochammad Tjiptardjo di Jakarta kemarin.

Tjiptardjo mengatakan, sebagian besar pengusaha atau wajib pajak badan belum optimal memanfaatkan fasilitas pengurangan pajak tersebut.Alasannya,mereka khawatir karyawannya akan protes bila fasilitas tersebut dihentikan. Bila sebelumnya gaji diberikan tanpa potongan pajak,setelah fasilitas ini hilang maka potongan pajak kembali diberlakukan.

Diketahui, dengan diberikannya fasilitas insentif PPh 21, maka gaji karyawan tidak akan dikurangi pajak atau secara nominal ada kenaikan gaji sebesar pajak yang seharusnya dipotong untuk membayar pajak. "Padahal, realisasi fasilitas ini sangat bergantung pada kerelaan pengusaha memanfaatkannya," jelasnya.

Tjiptardjo menambahkan, realisasi stimulus secara optimal juga terkendala oleh masa pemberiannya yang baru dilakukan bulan Maret meski sudah disahkan Februari 2009.Sementara masa realisasinya juga tinggal dua setengah bulan lagi sehingga diperlukan upaya lebih masif bila fasilitas tersebut masih ingin bisa diserap hingga 100%. Untuk kebijakan itu, pemerintah mengalokasikan Rp6,5 triliun.

Dana ini merupakan bagian dari stimulus fiskal Rp73,3 triliun guna meminimalisasi efek negatif krisis ekonomi terhadap daya beli masyarakat domestik. Fasilitas diberikan pada karyawan di sektor tertentu dengan tingkat upah di bawah Rp5 juta per bulan sepanjang Maret-Desember 2009.

Kepala Ekonom The Indonesia Economic Intelligence (IEI) Sunarsip menilai, belum optimalnya realisasi stimulus PPh 21 terjadi akibat desain sasaran masyarakat penerima yang dirancang pemerintah memang kurang luas sehingga dana lebih cenderung menjadi dana berlebih. "Jika sasaran penerima stimulus pajak diperluas, misalnya dengan memasukan masyarakat kelas menengah lebih besar,angka Rp6,5 triliun tersebut bisa habis,"ujarnya.

Lebih jauh, Sunarsip berpendapat, tidak terserapnya stimulus pajak secara optimal bukan berarti masyarakat tidak memanfaatkan stimulus tersebut.Menurutnya,masyarakat sudah memanfaatkan dengan diindikasikan oleh pertumbuhan konsumsi yang cukup tinggi dalam dua kuartal terakhir.Namun akibat batasan tersebut, stimulus sulit terealisasi hingga 100%.

Mengingat peran stimulus pajak ini memiliki efek yang lebih efektif dalam menopang pertumbuhan PDB dibandingkan bentuk stimulus fiskal lainnya, Sunarsip menyarankan, pemerintah seharusnya terlebih dulu memperbaiki desain penerima stimulus pajak. Terlebih tujuannya untuk menjaga daya beli masyarakat agar konsumsi masyarakat yang menopang 60% PDB tidak terganggu krisis global.

Cadangan Fiskal 2009

Cadangan risiko fiskal tahun ini diproyeksikan tidak akan terserap sepenuhnya.Hal ini mengingat rata-rata harga minyak mentah Indonesia (ICP) hingga saat ini masih di bawah asumsi APBN-P 2009 yang ditetapkan USD61 per barel. "Mungkin bisa tidak terpakai tapi kita belum tahu,"ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan (Depkeu) Anggito Abimanyu di Jakarta kemarin.

Menurutnya, hal ini baru bisa dipastikan akhir Oktober nanti. Kendati saat ini harga minyak dunia terus merangkak naik, pemerintah optimistis belanja subsidi dalam APBN-P 2009 masih mencukupi. Sebab, rata-rata ICP sepanjang tahun ini masih di bawah asumsi APBN-P 2009. Dengan begitu, pemerintah belum merasa perlu mengambil anggaran tambahan dari cadangan risiko fiskal untuk mengantisipasi pergerakan harga minyak dunia.

Terlepas dari pengaruh harga minyak, Anggito menuturkan, pemerintah saat ini sudah memakai sebagian cadangan risiko fiskal. "Keperluannya macam-macam. Kita akan hitung awal November,"imbuhnya. Jika cadangan risiko fiskal tidak terpakai seluruhnya, dia melanjutkan, berarti akan ada penghematan belanja. Ini akan memengaruhi realisasi defisit anggaran 2009.

Asumsi defisit dalam APBNP 2009 ditetapkan 2,4 persen, setara Rp129,8 triliun. Anggito belum mau memperkirakan realisasi defisit sampai akhir tahun setelah mempertimbang kan kemungkinan penggunaan cadangan risiko fiskal yang tidak penuh. "Pokoknya tidak melebihi 2,4 persen," ujar dia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawatimenuturkan, meskipemerintah mencoba membuat prediksi makroekonomi seakurat mungkin, pasti akan muncul hal-hal di luar prediksi.Terkait harga minyak mentah dunia, dia mengatakan, pemerintah akan terus memantau dinamikanya sepanjang tahun ini. Untuk tahun depan, jika ada hal yang meleset dari asumsi sebelumnya, pemerintah akan menyesuaikan dengan mekanisme APBNP."

Pemerintah dan DPR akan terus mengobservasi,"ujarnya. Menanggapi tren kenaikan harga minyak mentah dunia,Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto mengatakan, pemerintah harus cermat mengendalikan penyaluran subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang berpotensi membengkak.

Subsidi, dia menuturkan, saat ini terlalu membebani APBN padahal jika penyalurannya dikendalikan, pemerintah bisa menghemat belanja. Pri Agung mengusulkan agar pengendalian subsidi ini dimasukkan dalam program 100 hari Kabinet IndonesiaBersatuII. Penyaluransubsidi BBM yang lebih selektif,menurutnya, harus dilakukan secara bertahap."

Mulai dari penyiapan data dan pemutakhirannya sampai dengan teknis pelaksanaan,"kata dia. Pendataan ini, sambungnya, bisa menggunakan basis data program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Beras Miskin (Raskin). "Kemudian tinggal dimantapkan siapa saja yang berhak mendapatkan subsidi BBM,"imbuh dia.

Fluktuasi harga minyak mentah dunia saat ini, menurut Pri Agung, antara lain terdorong pemulihan ekonomi dunia dan pelemahan dolar Amerika Serikat. Sementara itu, pengamat minyak dan gas Kurtubi memperkirakan harga minyak mentah dunia pada tahun depan bisa mencapai USD 100 per barel jika pemulihan ekonomi dunia semakin menguat.

Categories:

Leave a Reply